Senin, 08 April 2013

Hutan Rusak, Buaya Berkeliaran

Ilustrasi

Seorang pelajar SMKN 1 Bengalon, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Sahruni Disih, 16, diduga diterkam buaya muara ketika mandi di Sungai Perdau Dalam.

Hingga Senin (8/4) sore, tim SAR gabungan masih terus menyisir sungai dan sekitarnya, mencari keberadaan Sahruni.

Syafranuddin, Kepala Bidang Kedaruratan , Logistik, dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kutai Timur Senin 8/4 menjelaskan, Sahruni
diketahui hilang pada Sabtu petang lalu, ketika mandi di Sungai Perdau Dalam, Desa Sepaso Selatan. Sungai itu terletak di belakang rumah mereka.

"Sejauh ini, kami memastikan korban diduga kuat diterkam buaya saat mandi. Keterangan dari adiknya, yakni Fitri, yang memperkuat itu. Sabtu petang kemarin, Fitri dan Sahruni tengah mandi di sungai, dan tiba-tiba Sahruni ditarik buaya. Fitri sempat coba menolong dengan memukul memakai ember," ujarnya

Tim SAR gabungan, dibantu masyarakat, TNI, dan polisi, mulai menyisir sungai sejak hari Minggu lalu, namun hingga Senin sore belum menemukan tanda-tanda keberadaan Sahruni.

Untuk menyisir sungai Perdau Dalam yang berhulu di Sungai Bengalon ini pun, tidak mudah, karena arusnya deras. Pencarian juga sulit dilakukaan saat malam hari. Sungai Perdau Dalam adalah sungai kecil pecahan dari Sungai Bengalon, yang berhulu di Taman Nasional Kutai (TNK).

Menurut Syafruddin, beberapa tahun terakhir, sudah terjadi lima kali insiden serupa dilakukan buaya. “kalau tidak salah sudah liman kali. Namun yang terakhir, ya
di sungai ini, setahun lalu. Korbannya seorang anak berusia empat tahun, dan ditemukan meninggal,� katanya.

Secara terpisah, Kepala Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Erli Sukrismanto mengatakan, penyerangan oleh buaya muara bisa disebabkan sejumlah faktor. Ia menduga buaya
muara keluar dari daerah hulu (TNK) menuju hilir karena hutan wilayah TNK di sana sudah rusak.

Bahkan, dalam pantauan yang dilakukan petugas TNK di wilayah Bontang dan Sangata di sejumlah sungai seringkali terjadi munculnya buaya. Khusus di Bontang, beberapa anak
sungai kini didiami buaya, dimana anak sungai itu digunakan warga untuk kebutuhan hidup sehari hari, seperti mandi.

"Sungai-sungai yang berhulu di TNK adalah habitat buaya muara. Ketika hutan mulai rusak, air sungai pun rusak, ikut tercemar. Para pemancing sudah menyebut sekarang mulai
sulit mendapat ikan di sungai. Nah, ini yang mungkin membuat buaya-buaya turun ke daerah hilir. Sepaso Selatan itu kan termasuk daerah hulir," kata Erli.

Beranjak dari kejadian ini, Erli berharap semua pihak semakin sadar bahwa kerusakan alam yang dibiarkan akan berdampak ke banyak hal.

"Kalau buaya yang secara kekebalan tubuhnya paling bagus untuk menerima polusi, sampai turun ke hilir, ini hal mencemaskan," paparnya. (Syahrul Karim)

Editor: Edwin Tirani
Sumber
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/04/08/3/145005/-Hutan-Rusak-Buaya-Berkeliaran